Facebook Google Plus RSS Feed Email
"Aku Hanyalah Debu Berselimut Nafsu!"
Blog ini adalah serangkaian kumpulan sadjak dan berbagai tulisan sastra, karya Helyn Avinanto (Helin Supentoel)

Sabtu, 26 November 2011

Tuhan



Tuhan,

aku sadar

teramat najis selama ini di bumi

sebentar lagi kiamat

bolehkah aku meminta?

aku memang tak pantas berlari di taman surga

berkawan bidadari dan segudang emas permata

namun

jangan biarkan aku terbaring lama di lautan api

memakan sendi nadi



Tuhan

jangan Engkau hukum Bundaku mengandung

dan Ayahku menenun

bukan mereka yang salah menyematkan cerita

amarahkan saja semua pada debu tak tau malu ini

yang lalai akan rukun ketetapan-Mu







Ngawi, 26 november 2011

(sepertiga malam)
Read More..

Mimpi Kabut

 

Aku tau,
tak lagi tidur telanjang di bumi
aku sedang menaggapi mimpi

kalau begitu
aku tidur saja kembali
biar mimpi tetap pada mimpi
bukan mimpi mata terjaga

apalagi aku sudah mati
tinggal nyawa

Sendu mendera serasa kabut
membungkus ulu
juga mata
memelukku dgn erat

jika bisa tak bermimpi
ku ingin menjadi kabut
hingga bumi tak ada lagi

bila saja semua semudah aku bicara
.
.
cinta
Ngawi, 24 oktober 2011
Read More..

Perahu Dayung

 

gelap semakin pudar dalam sepi
berlari dari mimpi-mimpi
berselimut bunyi-bunyi

sebentar lagi usai sudah cumbunya rinaikan masa
bersama bulir-bulir embun

rintihan rumput semakin sempurna
bergoyang dalam nada
menyatu dalam senyap
dan
tingklak-tingklung mengiringi pula Agungkan nama
ya.. namaNya
semua akan sebuah cinta saja
dalam segenggam penantian

Duh pengeja kesematan Yang Satu
inikah yang di mainkan tarian-tarian hati
nyanyian-nyanyian suci
arungi pengkabaran basah selama ini

bagaimanaa kita kan berjalan di negri tanpa beranda sana
berkawan ribuan gulungan ombak
berselimut jejak-jejak kaki
tanpa perahu dayung mengayun kita dalam pelan

Ya,
tibalah masanya kita berkemas
dalam secuil lingkar roda jalan ini
untuk kelak
menghantarkan kaki-kaki kita kerumahnya
bila saatnya tiba
pada
persidangan

Ngawi 6 november 20011
( menjelang detik-detik Qurban)
Read More..

Bintang

Duhai bintang mungil disana

kau telah mempesona
dalam senyummu
kala malam mencumbu raga
di beranda masa

tatapan pijarmu menikam lelah
membunuh nadi-nadi darah
hentikan laju jejak langkah
lesatkan cahaya di sudut lentera

kau telah mengurungku
menawanku
merenggut sadarku
telanjangi seluruh kata
dalam tungku bianglala

kemarau yang terjaga
seketika sirna membiru
diantara rintik hujan hangat
basahi rumah tua

bagaimana batu takkan melebur jadi abu
badai merubah hulu
dan sunyi semakin terjaga
bila kau telah merenggut secuil nada jingga
di pelataran malam

bila semuanya tak biasa
aku rela hidup sedetik saja
untukmu
dan seribu kata
kau telah mencuri dalam sekejab lentik cahya

biarlah aku saja yang memakan api bahara
akan cinta
cinta
cinta gila
tuk engkau bintang indah disana

Ngawi 4 november 2011
Read More..

Pohon Warna



Wahai pohon warna
bukankah kita satu yang menyematkan noda pada selembar daun
menjadikannya lukisan sampai mana mengerti kesamaan warna ini
dan mengukir ranting tempat sandaran kaki kita menapak erat
hingga mampu meraih buah yang segarkan dahala ku juga kau

lantas mengapa kau urai kembali lukisan yang selama ini tertenun secara perlahan
mewarnainya dengan noda yang tak semestinya terlukis dalam ranum
tuk tempat menahan segala pengab udara dan rintih basah

bagaimana mungkin kau kan mengerti makna satu diantara ribuan hilir udara

sedang kan kau masih saja terpaku pada rintik hujan kemarin malam
sementara air sudah menghapus jejak langkah diantara bulir pasir
memadatkan benih-benih sapa dan tegur yang selama ini terajut sempurna
membekukan hangat darah memuja ribuan waktu lamanya

apakah tidak cukup satu tiang saja penopang satu pohon renta
bersama waktu menjadi saksi segala kata dan mata
dalam tatanan satu-satu berjajar rangkap tiga yang semuanya senada

apa kau tau kelak buah kan jatuh kemana
bila kau terlalu rela mengisinya dengan segala gerak dahanmu
aku sudah cukup mengerti ukiran jejakmu selama ini
bila begitu,
ku tak kan tinggal diam berdiri di sini
jika kau kan mewarnainya seperti kau mewarnai malammu dalam rimba
ku kan menghadangmu hingga sisa masaku melihat cahaya
biar buah terjatuh jauh dari pohonnya
dan warna tetap pada ranumnya

Ngawi, 11 november 2011
Read More..

Mentari

 

Duhai mentari,

jangankan aku,
mendung pun kan cemburu melihatmu pagi ini
dalam indah cahya
dan

langit

Ngawi, 11 November 2011
Read More..