Facebook Google Plus RSS Feed Email
"Aku Hanyalah Debu Berselimut Nafsu!"
Blog ini adalah serangkaian kumpulan sadjak dan berbagai tulisan sastra, karya Helyn Avinanto (Helin Supentoel)

Selasa, 28 Februari 2012

D,

 
oleh Helin Supentoel pada 28 Februari 2012 pukul 2:48 ·

D,
parasmu telah menawanku
bolehlah bila aku berjumpa denganmu lagi
saat bunga-bunga bermekaran di taman
kupu-kupu menari riang di halaman
dan hujan tak henti mengguyur pagi
ku nanti kau di batas kota
awal saat kita berjumpa

semenjak engkau lenyap kasat mata
galau telah membungkusku
memberi kemarau yang tak kunjung usai
apalagi bila malam tiba
dan dingin memenjarakan raga
hanya engkaulah yang selalu berada dalam buah mimpi

D,
bila kau kan rela kunjung tiba seperti pintaku
kan ku sapa jemari lembutmu dengan mesra
ku cium wangi rambutmu meski telah lusuh
lantas ku dekap erat tubuhmu
ku nyanyikan lagu rindu padamu
lantas akan ku ceritakan
saat-saat engkau tiada memberi canda
dan sepi menjulang raga

dan bila nanti langit kan marah pada kita
memberi kegelapan semesta raya
menghadang kita saling memandang
tak usah kau perdulikan
dia hanyalah teramat iri pada kita
yang kembali meramu cinta

lantas bila suatu hari bumi memanggilmu pulang
membawamu dalam sepi dan dingin
jangan kau bersedih
atau meragukanku lagi
percayalah
tak kan ada yang mampu merebut cintaku darimu di bumi ini



Ngawi, 28 Februari 2012
Read More..

Puisi Februari

oleh Helin Supentoel pada 27 Februari 2012 pukul 23:26 ·
“Di Serambi itu”


Di serambi itu
benih penjumpaan tumbuh
mekar meraut warna
kemudian lekat menua
menjadi ranting, dahan, dan daun
hingga setibanya ujung musim
ranum buah melihat alam raya
dengan teresan sari-sari paduan segala

Di serambi itu
mula segala kerindangan berada
dalam fajar ternanti hingga senja lapukkan cahaya
dan dingin malam mendekap
kian menjejakkan cerita

Di serambi itu
kembali biji-biji buah tumbuh
dekap kian berdekaban
menyerakah kemana-mana
bahkan kemari
di antara ketiak langit

dan di serambi itulah mula benih ini berada
membuka mulut juga mata
sementara liang telah memungut muasal benih yang menjadikan ini semua berada

----------------------Ngawi, 26-2-12

“Srigala”


Jangan kau tanya aku lagi
aku sudah bukan manusia
mereka menyebutku srigala, begitu selepas senja
apalagi ibu-ibu
kerap mencibir, menghujat, dan sesekali menjambak rambutku
begitu aku tertangkap basah
atau saat dalam perjalanan

ya,
memang sebuah kenikmatan merenggut ayah anak-anak mereka bila malam
entah siapa yang kerap diburu atau memburu

biarlah aku serigala berpengidap sakit jiwa
pada malam-malam
untuk endhok dirumah
asal kau tau saja
jangan punguti jejakku

----------------------Madiun, 20-2-12

“Bisu”


Akulah sebenarnya lelaki bisu
tak mampu bicara kebenaran mendiami mata
semenjak ku tahu kau tak lagi menangisiku, membentakku, yang kemudian menyuruhku pergi
baru ku merasa
hanya kegilaan yang memang pantas untuk ku mengabadikan cerita bersamamu
setelah engkau benar-benar tiada

-------------------------Ngawi, 18-2-12

“Bintang Malam”


Duhai bintang penjaga malam
bolehkah kucurahkan gundahku kepadamu
segala yang menyesakkan lipat dada
memburamkan lesat mata
pula keceriaan yang telah terpasung kian lamanya
bila tak kepadamu, lantas kepada siapa lagi ku kan berbagi
hanya engkaulah yang mengerti sendu kalbuku ini

dengarlah,
bila lautan dan samudra tak mampu lagi menerima segala cintaku,
ku ingin engkaulah satu-satunya tempat berlabuhnya seluruh asmaraku
bila siang hari tak kan memberi warna padaku,
ku harap engkaulah yang mengisi kegelapan malamku
bila sesobek kertas tak sedia menjadi tempat ku mengukir cerita,
kan kulukis saja di dinding malam untukmu
bila nanti senja kunjung diraga,
kuharap engkau yang kan setia temani saat hampir tiba
menjadi tiang ku bersandar rebahkan lelah raga
dan bila esok aku tak kembali,
janganlah kau cari-cari
aku sudah bahagia memandangmu semalam tadi

bintang,
bila dunia ini semakin cemburu pada kita
kian merentangkan jarak bermesraan dalam satu cinta,
semoga kelak disana kita kan berjumpa meramu cinta lagi
yang selama ini belum kunjung bercerita

----------------------Ngawi, 17-2-12

"Lapuk"

Masih ku dengar kabar daun-daun tersenyum

membilah bintik-bintik embun menabur segala desah
Masih pula ku rakai bisikan burung-burung dalam secarik pesan bisu
akan seraut wajahmu tertegun padaku

Memang ku tersadar penetaan puing jejak kebenaran
lelah telah membenamkan sekujur ragamu
ya, dikau merintihkan segala !..
bagaikan menderas kain tak basah
kerontang bak pembasuhan

tentu ini sebuah gundah dari kebisingan-kebisingan
seuntai kisah yang tak kunjung lesat terhempas lautan
meski sapuan bandang porak-porandakan segala batu

dan atap yg terakit sekian lamanya
dalam derasnya air mata
pula basah keringat membasuh sekujur raga

hujan telah mati
yang ku tahu,
ketiak tetap akan basi
sementara epitaf masih saja menjejak dinding-dinding kesaksian


biarlah lapuk sebutan burung
yang kenyang menakan ujung belati
dan segumpal terasi
asal bukan kau

-------------------Ngawi,14-2-12


"Pagi"

Pagi,
janganlah kau buat aku cemburu padamu
semakin berangus sekujur bulu-bulu
ku kan berjanji padamu
tak kan lagi lelapkan pijar yang kau derakan
asalkan engkau sanggup memberiku secuwil waktu saja
biar aku mengetahui sehebat apa akhir cerita

------------------------Ngawi, 12-2-12

"aku tak tercipta punya mimpi"

Engkau yang selalu mengawali pagi dalam lengkap mimpi
tambatkan tinta diatas tempayan yang mungkin telah tersajikan adanya
di balik ruas jarimu terselip kuas langsat mengajakmu memutar-mutar warna
baris putih diantara merahnya bibir kian memberi gudang harap yang sebenarnya ingin ku dekap
membilah harum diantara bulir rambut hitam lurut memanjang raga
sembari sayu mata menghantarkan sejuta pesan sebuah perjalanan hati

kicau burung tak henti kian menjadi bila keanggunanmu warnai gerimis senja
tawarkan keteduhan yang sebenarnya hanyalah ingin memerhati paras beberapa inci saja
begitu pula denganku
bila sepulang raya mengukir keringat kota bersamamu
inginnya ku kecup keningmu biar tak lagi basar hujan air mata
karna ku tak ingin cemburu pada kebekuan manis bibirmu
bila nanti masanya kan kunjung tiba diatas ruas kanvas pencipta
sungguh ku kan sedia memanggul segala keberadaan
dan tak kan pedulii lagi
karena ku tak tercipta bermimpi
dari pagi hingga dini
hingga ribuan cahaya kembali ke illahi

..............Ngawi, 12-2-12


"Hujan tak berdaya"


Bila hujan tak berdaya lagi
lantas bagaimana lagi kan redakan gemuruh api
daun-daun sudah nampak layu di pelupuk mata
ranting-ranting ribut siapa sesanding yang kan ada mengawali sebilah senyum dalam purnama satu
cahaya ribuan kunang-kunang mengiring terang
dan mulut-mulut
tak lagi semprawut ngebret ditepi-tepi jendela

hujan tak kan pernah ada memberi warna cerita
kemaraulah yang kan bersaksi diantara tarian hati
di bawah beranda yang telah lama tempatku menanak tai
dan kini
esok kan ada benih-benih senyum lagi
berlari diatas pangkuanmu
hingga kelak mereka tumbuh
pada tarian jiwa yang tak mati

--------------------------------Ngawi, 12-2-12

"Manusia dalam kicau burung"

Telah lama kau pun mereka dengar kabar berita
burung telah munggunjingkannya tiap jejak tai dan kepakan sayap arungi raya
tiap mata-mata melihat raga juang mengisi perut
kala hujan juga terik payungi atap sejak tujuh belas tahun yang lalu
saat teriakan bermula dari rahim ibu
lantas menyusu, merangkak, hingga berlari
pula hingga tarik nafas saat ini
belum pernah rasanya terpanggilku manusia
pada kemanusiaan yang beradab seperti mereka-mereka

entah sampai senja dan malam berada di langit
kan merasakan senyum layaknya manusia
yang selama masa aku tak manusia
dalam martabat nama kemanusiaan

ku tak kan lekas henti jejakkan langkah kaki pada negri
menjadi manusia kemanusiaan seutuhnya yang ada
meski aku pun tak kn tahu siapa sebenarnya bapak yang telah membuatku tak terpanggil manusia
pada kemanusiaan jagat raya
atau pula ini salah bunda bergerak
menenun langkah semasa muda
dan jadilah aku ada

namun aku tak lantas menjadi kecil dalam luas bumi dan sapa udara
pada gelapnya setiap mata
kan ku tantang tingginya gunung gemuruhkan sapa
keruh air memandikan lumur raga
dan semua kan tahu
aku memang pantas menjadi manusia berkemanusiaan seutuhnya
setiap sapa burung-burung lalu lalang dalam mulut dan telinga

-----------------------Ngawi, 12-2-2012
(sadjak tuk anak tak bertuan)
Read More..