Facebook Google Plus RSS Feed Email
"Aku Hanyalah Debu Berselimut Nafsu!"
Blog ini adalah serangkaian kumpulan sadjak dan berbagai tulisan sastra, karya Helyn Avinanto (Helin Supentoel)

Jumat, 24 Agustus 2012

Adinda

 
Adinda

Adinda kekasihku,
engkau benar sepucuk mawar putih di taman seribu bunga
merekah pancarkan pesona cahaya tiada kepudaran
biarlah kuukir syair bisu dari tepisan bara yang membakarku dengan lembut
seperti sutra tertenun oleh jemari-jemari kasih
lantas disetiap baitnya kuterakan makna-makna perjumpaan basah
saat diriku menjadi tangkai dan duri-durimu

Adinda kekasihku,
andai benar engkau rela kupinta menjadi sekuntum bunga abadi
pastilah disela-sela keabadian itu kan tumbuh keharuman saat pagi menyapa
saat bulir-bulir embun merayap diruas-ruas jeruji jendela
sesekali menghakimi dengan setangkup kemuliaan
yang baru saja menawan pesona malam dalam kegelapan
"jadilah sepasang angsa saja jangan sekuntum mawar dan tangkai serta duri-durinya"

mendengar bising embun menyergap berjuta bunyi keresahan
di lapak keberangusan aku menghujat diri sendiri
seperti udara pada ruang tiada sela
menghukum kenistaanku
"benar kita menjadi sepasang angsa saja menari di lautan tenang
sembari memainkan airnya untuk kita basuh diri"

Adinda kekasihku,
bila suatu hari samudra kan cemburu menjadi tempat kita berenang
dan badai menenggelamkan benang-benag kasih di kedalamannya
pastilah itu bukan segala pinta kita berdua mengubur kemanisan
namun semestalah yang sedang bersandang cerita
bahwasanya kita tercipta sama-sama menjadi bayang-bayang,
mengambang


Ngawi, 24 Agustus 2012
Read More..

Kamis, 23 Agustus 2012

Tarian Burung


burung-burung di langit tiba-tiba saja menjerit
menari-narikan tarian jiwa sederas air mata
menjumpai kotanya di penuhi  bara
padahal baru sebentar saja ia beranjak mengudara
melambaikan senyum pada betinanya, juga anak-anaknya
dan sesekali tertawa sebelah mata
namun terlampau cepat segalanya luluh lantang tiada sisa
seketika jua kehangatan berubah wujud
menjadi sekeranjang duka ribut
selepas senja tersulut

burung kian menelaga
tariannya kian gemulai dari pertama
menapaki kawanannya tiduran di segala ranjang
sepenggal sayapnya ada yang terluka
selaksa bulunya tinggal sebatang
ada pula dalam dada sudah tiada muara
kering oleh pergulatan asa
dan burung-burung betina berlarian sembari menitipkan air mata
teriakkan kata pada segala mata
memanggil-manggil anaknya yang baru sebulan lalu menetas
ataupun kekasihnya lepas lemas

sementara, hembus angin berlalu seakan tiada mahu tahu
terlampau nyeyak meminum susu dalam tungku biru
bemberi setitik saja dahagapun tak jua
kian mengeratkan pintu kedapan telaga
karena angin sudah menjelma
menjadi sesosok rahwana

kini burung-burung itu diam tiada tawa
bercumbu di kedalam sunyi
melipat segala mulut dan dagunya sendiri
di setiap keranda
dan dinding-dinding kota membara
kenangan lama


Ngawi, 03 Juli 2012
Read More..

Dengan Melodi, Kuciptakan Nada Senja



Dengan melodi,
kuciptakan nada senja
kala mencumbu hari mengejar mimpi
menjumpai mentari yang lama sembunyi dikerutan dahi
biar suatu pagi kala kubuka jendela kan ada keharuman embun menerpa telaga rasa
menjadi nafas dan terbenam dilipat dada
melebur dinding gelap dengan sebuah cakrawala
dalam nada-nada tercipta

sepasang lapak kaki ini pun kekar
menapaki kerikil yang bertaburan disepanjang jalan menuju samudra
meski sebentar lagi usai masa meraba
tetaplah kukuh menimbun pesona
berharap senja bermetamorfosa
menjadi seribu cahaya dimalam merupa

seberapa lama lagi kusita bayang-bayang
sementara hujan sudah enggan berbenih sapa
membaringkan segala desah gempita
dinding malam tiada cahaya mewarna

Dengan melodi,
dengarlah nadaku
rangkaian syair butiran debu
saat senja mengadu-adu
di atas telaga biru


Ngawi, 29 juli 2012
Read More..

)* Kau Bungkusku Dalam Bungkusmu


aku tau engkau tersenyum gembira menatapku diantara kuntum-kuntum kamboja
dalam senyap membasahi percintaanmu yang abadi
pula mencuri rasa ranting-ranting
yang kau ajak menari-nari dalam geramang aksara dan hujan tiada lg basah
sepertiku

engkau pula membuatku cemburu
sangat cemburu sekali kali ini
seperti tikaman cakar-cakar beracun merajah tubuhku dengan segala tenaga
lantas mencincangku diantara dua batu pahatan nama menjulang utara
apalagi kau tiada lagi merasakan panas dan dingin menusuk-nusuk
dalam lelapnya
sepertinya bayang-bayangmu telanjangi keteduhan telaga dalam-dalam
menjadi seribu kepingan curam

haruskah aku tersenyum sepertimu,
tuk usaikan yang membungkusku dalam bungkusmu?
lantas kita sama-sama tertawa bungkus kembali langit-langit mereka yang memerah

"terang laun berubah malam, tapi waktu kan tetap membekukan ketajaman"

Helyn Supentoel, Ngawi, 18/8/12
Read More..