Facebook Google Plus RSS Feed Email
"Aku Hanyalah Debu Berselimut Nafsu!"
Blog ini adalah serangkaian kumpulan sadjak dan berbagai tulisan sastra, karya Helyn Avinanto (Helin Supentoel)

Sabtu, 18 Mei 2013

KUPU-KUPU TERBANG, DUH SAYANG




lihatlah ini malam
kupu-kupu terbang warnanya merah
semerah bibir-bibir bunga yang gugur di muara
harum tereja oleh belukar senja
lantas terbawa alir menuju samudra
terbelah oleh angin, membekab dingin
mungkin sedang lapar dari kerinduan
akan haus pelukan kekasih tersayang

saat musim sejenak beku
sulur-sulur pohon rantingnya kelu
diterjang badai yang meledak-ledak
berharap gemuruhnya meluap di jakunmu
menjadi malam angka-angka tinggal
dari lembar sayap melempar mata dajjal
sebab, taburnya laksana bebintang di dinding langit

mengkerlip di antara reruntuhan awan
lantas mengelupas menjadi bulir-bulir hujan
dan jatuh di taman mandalawai
siapalah yang tidak menyemai

"akankah rembulan cahayanya terpinjam ini malam?
ah, betapa kekarnya rimba"


malam kembali hampir pagi
sementara kupu-kupu itu hangus di serambi
mengejar bayang mengubur sunyi
pada bulan-bulan kenangan
duh sayang,
kupu-kupu menjadi arang

"sebelum tasbih berakhir, mari kita rampungkan percakapaan ini...!"

disanalah waktu menjadi kejam
menyambut sungsang, meretas cahaya malam




Grobokan, 21 April 2013
Read More..

Wajah Malam


engkau rembulan berwajah awan
tuntaskan malam mengais fajar
menarilah selembut angin
merintihlah seringkih ranting
sebab rindu enggan berguru syahdu
dari benalu bertaring seribu
jadilah malam itu hujan tumbuh
bersemi menabur keriuhan peristiwa
di atas seru nada menggiring duka
pada cinta tak tau tertinggal di mana
mungkin lusa hari pekan raya



24 April 2013
Read More..

Cahaya Bunga Hitam

sepasang mata itu akhirnya runtuh setelah angin memberi kabar tentang bunga hitam
langit sepi merubah wajahnya menjadi berawan, laun gelap
merembah di atas tanah yang baaunya tak kau inginkan
tiada kau dambakaan dan kalian rencanakan sebelumnya
dan gemuruh tiba-tiba pecah dalam kobar membara
seperti api dari tungku dengan air di dalamnya mendidih
sementara hujan yang tak di undang berdatangan dalam tajamnya
seperti jarum-jarum menyulam kain menjadi sehela pakaian
ya, pakaian kesucian menghantarkannya pada dingin malam sendiri
tiada tembang pun kehangatan kekasih mendekab dengan segala pelukan
yang ada hanya kemiskraman dan suara-suara yanag pecah menambat segala keheningan

"hanya waktu menjadi jawaban di antara kegelisahanmu"


24 april 2013
Read More..

Menanti Detik Tanya


kemana lagi kucarai engkau, duh kekasih
semenjak musim lusa yang nampak ringan itu
leret bayangmu mengendap di atas malam-malam buta
menjadi huruf-huruf yang bersiap-siap kan menembus kelu kembara

di ujung jalan itu kita sama-sama tahu
antara mata kemata saling memberi pesan
bahwa ada gejolak yang hendak terpupur menjadi sejengkal kisah indah
layaknya bebunga tumbuh di taman
aromanya mengendap-endap hingga mencuri sehela sadjak
jadilah gairahku mengidap lembar wajahmu

di sinilah kita berjanji menguraii segala kegelisahan malam itu
lantas engkau kan merebahkan segala kerinduan yang selama ini membrangusmu, pun diriku
dan seketika itu terjadi
kita tak lagi menjadi sepasang burung mengerling sebelah mata
namun jelas waktu kan terbaca


24 April 2013
Read More..

Kubaca Jalan

"ini malam menjadi riuh
antara bulan-bulan yang tanggal di atas ubun kota
dan tentang cahaya-cahaya yang tumbuh menelan sukma"


ya, di kota rombong inilah gemuruh itu menjadi biji-biji api
meluap-luap berharap meledak di pucuk bedil
menjadi jejak-jejak keriuhan pada hening yang kembali menghunus gairahku

di sini seakan daun-daun gugur warnanya merah
laun berserakan ditepian jalan dengan meminjam cahaya rembulan
yang bundar seperti route simpang lima dengan di tengahnya nampak tempayan air mencakar langit
inginnya membasuh raga sembari berenang dalam hangatnya perjumpaan
sebab dingin telampau purba melipat-lipat kerinduan
dan inginya melukiskan wajah di dinding-dinding
tapi, hanya bayang-bayang yang bersandaang ria
beriak seperti gelembung-gelembung didih

tahukah kalian,
hendak menegur sepi dengan sederet tembang
tapi belum sampai dilarik nada pertama, tembang itu runtuh setelah bengisnya malam mendekab dinginnya kemiskraman
sementara lampu-lampu yang menarik aura, tiba-tiba saja redam dan kandas terbalut sepi
mungkinkah ini terlampau larut?
ah, aku tak tau
sebab ini kali pertama cemburu

"sedap malam kemana tarian sunsangmu
aku ingin menuntaskan sunyi sepi
seperti kering tanah di telan terik
riuhnya mengambang kegersangan"


kubaca jalan,
hanya bara beku mengkistal di antara lampu-lampu

Grobokan, 21 Maret 2013

Read More..

Menatap Nisan UJE

"mari kita rampungkan percakapan ini"

aku semaput di depan pintumu, setelah kau benar-benar seret diriku pada kesenduan tempat yang teramat kuimpikan. tanggal dari biji bola mata, laun mengendap di antara gersang tandus tanah melahirkan berjuta pejuang di atas-jung-jung perkasa. meski sejarah nampak jauh, namun kurasakan betapa gaduh saat itu. saat dimana petarungMu meninggikan bendera dan mehimpun tiap biji-biji yang kelak terjadikan sekarung saku menemu pintu gerbang perjalanan.

tetap saja udara semakin melarutkan segala kesunyian saat raga ini lungsruk, dan angsup pada suasana yang kini bukan mimpi buta.

"kenangan itu ambyar bersama musim berserakan"




18 april 2013
Read More..

Kekasihku

kekasihku
engkaulah embun itu pagi
menari-nari seranum bunga musim semi
di antara kuntum dan jerami

kekasihku
jadilah aku seperti kicau kenari
saat anggunmu menuntaskan segala tarian sunyi
yang membalutku seperti api

kekasihku
andai engkau benar torehan ilahi
biarlah diriku tak hanya punya mimpi
atau lautan dini hari
yang sepi elegi

kekasihku
meski hujan kembali mengecup dini hari
biarlah aku menjadi sederet pelangi
di atas segala gemuruh negeri
oh, kekasihku
abadi

Ngawi, 14 April 2013

Read More..

Langit Gersang Cahayanya Beku

"kerinduan ini haruskah kandas ditelan hening malam
seperti angin yang perlahan kering mengecup ranting kebekuan"


membaca warna jagat,
di langit bebintang seperti melambai bayang
nampak dinding dangan diam hendak menjadi nada kerinduan
pada hari panjang seletas bulan kenangan
ya, april

di tempat teduh ini sempat kita terduduk berdua
meresapi laman-laman alir air menjamu telaga mesra
menjadi pesona raya pada leret warna bunga
dengan aroma yang dirimu dan aku saling mengerti
saling menuntaskan segala ketiadaan sepi
sembari mendengar deruseru ranting menggunjingkan lapak pengkabaran
antara air dan api yang selalu bertatap ruang
disanalah kita berada
membawa segala torehan pena

detik-detik yang telanjang
tiba-tiba merubah tik-tik hujan tumbuh di lautan
laun bergemuruh dalam terjal riaknya
menjadi gelombang dengan taring yang mencakar
seperti gading retak mencacah kalender tua
dengan meninggalkan angka di setiap bayang sendawa

semestinya perjalanan buta, malam pun menjadi legam
jejak-jejak bisu mengurai kelambu dengan cahayanya abu-abu
lantas berubah menjadi kegelapaan pekat
seperti ladang bara bergairah kemudian padam di hembus angin
tinggallah menjadi abu keusangan musim
dan disitulah kebekuan itu menemu payau takzim

ya, april
cukuplah engkau tau
debu cahayanya menjadi rajam kelabu waktu


Ngawi, 14 April 2013
Read More..

Wajah Taman

kuncup-kuncup mekar di taman malam
mengejar kerlip bintang menarik ruang
menjemput rindu rentang kalbu
yang harinya kering di rudung angin
kembali di serambi beku

dengan cahayanya, siapa hendak bertahta
lantas menari di lautan jingga
sembari menetakan tarian-tarian purnama
seliuk musim-musim pancaroba

dan siapa pula tak merindu kuncup-kuncup itu
sedang rindu kian menggebu-gebu seperti gelombang
meliuk, lantas mencakar karang dengan sederet terjang
ketiadaan bayang-bayang

"aku takkan iba, andai kau menawan sukma"

Ngawi, 13 April 2013
Read More..

Akhir Malam Berjumpa

dan sekirannya ini adalah akhir malam kita berjumpa
biarkanlah rindu ini selayaknya terjaga
menjadi cahaya di antara malam-malam sesungguhnya
antara samar rembulan merundung langit senja

dan sekiranya ini adalah akhir malam kita berjumpa
layaknya purnama pagi mengungkap mimpi
biarlah gelombang-gelombang cinta tanda kebekuan hari
yang kan mengisi ruang pantai menjadi bulir-bulir pasir
di mana jejaknya kan terkenang segeramang angsa di bening telaga

dan sekiranya ini adalah akhir malam kita berjumpa
mengapa hujan begitu tajam
tiada menyisakan sehela keredaan di tabur jalan
perlahan angin surut
bayang-bayang itu semestinya berangsut
menjadi sekedar pelepasan malam angslup

13 April 2013
Read More..

Bronto Sepo

Di tengah tarian malam
Wajah-wajah beku perlahan menghilang
Entah siapa menjemputnya pulang menimbun kenangan
Sedang bayang-bayang kian telanjang dalam dekapan
Seperti gelombang pasang lautan senja
Pastilah gulung deburnya menusuk ruas telaga sukma
dan tuntas menyibak nganga bara

Sekiranya malam larut
Di antara musim bunga membakar gelisah samudera
Tak ada yang mampu kulakukan
Selain meramu sunyi sepi gangsal-gangsal purnama
Menjadi geramang nada yang pecah tak tuntas-tuntas
Sembari membaca kembali rongga-rongga jejak purba
Yang lamat tiada reda menyuluk air mata

Dan kerinduan ini semakin tak bertepi
saat gairahnya melebihi lalat api


Ngawi, 10 April 2013
Read More..

Laman Purba Kembali Berkata

semenjak surya senja tergelam di antara sela-sela karang
serasa kulihat lagi dirimu tumbuh menjumpai ladang
kembali menabur biji-biji bunga
laun dengan lembut kasih kau siram teduh
dan engkau pun tak lupa
memberi sapa pada selarik cahaya yang berkilau di dinding mega
ah, tak kukira
ternyata engkau tiada tuntas-tuntasnya membawaku
berlari di kelambu merah jembu
meski segalanya telah raib ditelan beku waktu

: lautan pecah, jangan kau tarik lagi diriku menekuri terjal gelombang
yang menjadikanku selesu debu melumut kelu

10 April 2013
Read More..

Tetes Gerimis

semestinya bayang-bayang itu tinggal pertanda waktu
lantas mengapa musim serasa masih tetap sama
bahwa leret cahayanya tiada redang mengepul bara
seperti tajam pisau menggores batu
lekang di antara sadjak seribu

dan semestinya bayang-bayang itu sangkar sembilu
izinkanlah lembah madu menemu dangkal alirnya
seperti air mengalir pastilah sampai muara
laun menuju samudra
hingga sirna menjadi sederet bait tua

"bawalah rinduku menuju purnama
sebab bosan telan memenjarakanku
menjadi gugusan-gugusan abu
lebur di antara tetesan-tetesan gerimis senja cemburu"



09 April 2013
Read More..

SANGSI

Merudung bulan purnama
Masihkah aku harus percaya penyair
Kalau di tiap lorong malam masih tersisa sosok jeritan
Dengan kejam mencabik-cabik sepotong kenangan
Telanjang di muka bayang-bayang

Bukankah katamu dulu,
“Puisi adalah nurani. kutukan Ilahi,
labuhan dari beribu gelora sunyi sepi,
pula gairah rindu di atas segala lekuk tarian elegi”

Bagaimana kumampu memahami setiap patah jeritan yang tumbuh merdu itu?
Andai kerap kali waktu menjelma teka-teki baru
Sedang kunang-kunang telah pulang bersama ribuan burung melaknati malam sembilu

Dan semuanya menjadi kegaiban beku
Bagaimana aku bakal memahamimu?
Oh..., telanjang malam
Mata rabunmu merubah dingin rahasia kuburan waktu
Sebab bulan-bulan masih senantiasa berdarah legam lesam
Menyamaki angin merajut gelombang pulang

Tak bolehkah aku sangsi
Kalau penyair tak lagi jujur berpuisi
Merdu hanya di atas segala bunyi

Ngawi, 05 Mei 2013
Read More..