Bila kelak engkau terlahir
janganlah seperti bapakmu ini
yang memunguti bisul-bisul dalam diri, kian membabi
dalam memaknai kebusukan hari-hari terjalani
menderaslah pada ibumu saja
yang langka seperti mutiara permata
menebar pesona raya tiada cerca noda
abadi sepanjang masa
Nak, bila memang kelak engkau terlanjur menelan bisul-bisul bapakmu ini
aku tak melarangmu, takkan pula memarahimu
pastilah kan kurestui kehendakmu sebagai jalanmu
namun engkau harus berjanji
kan membuang jauh segala kebusukannya
hanya akan mengurai kelegitan madu saja
biar kau tak kelalapan
dan suatu hari jangan salahkan waktu, bila akan berbicara kesamaan terhadapmu
pula terhadapku sebagai Bapakmu
andai dalam dirimu kan tumbuh pula kelaknatan, kebejatan, kebusukan sepertiku
yang rakus mengukir siratan makna menjadi untaian kata-kata puisi
terpaan keresahan hati, tiada mati
seperti Ibumu kukawani
kucintai
dan lahirlah engkau
buah kerakusanku
dan pastilah engkau kan tau
dimana letak sebenarnya keindahan berpuisi
tercintai
sepertiku...
Ngawi, 2 Juli 2012