Dan sayap-sayap kabut merayapi daun-daun telungkup di atas rebahan
paruh malam mencumbunya dengan sekeranjang tinta merah
gelap lekas menyapu belaian poranda
"diam..., usah teriak.
bukankah kita telah sama-sama mengerti?"
sementara malam kian menghunus tumpul kerisnya
tangkai-tangkai basah melontarkan cahaya
serupa aurora di hamparan jari-jari hujan
terjatuh, tenggelamkan keriput mata
menawan gambut tanah kemarau
ada sapa di belahan jendela, pigura dari segala roda
bukankah itu memang bulat cerita malam?
saat segalanya raib, belajar mengulas tajam peradaban
lapuk.
musim masih setia menari-nari sunyi
sebelum benar-benar pagi, mari kita rampungkan perbincangan ini
hingga benar-benar kosong
engkau api, aku kayu
sampai jadi abu
di antara setangkup waktu
Ngawi, 28-08-2014