kekasihku,
jangan menghujat lagi
segemuruh merapi
percikkan lahar, menarikan kemarahan
jangan pula kau tertawa gersang
senyummu dusta, kekasihku
aku tahu engkau hanya cemburu buta
pada kisahku
memang,
dekaban hangatmu kala itu masih jelas kurasa
dalam hujan dipenghujung kota
engkau basah, akupun basah
kita sama-sama basah
sebagai dua angsa menari
begitu mesra kita mengukirnya
sepoi udara pun menulisnya dalam bisu
seindah wajahmu
dalam keharuman cerita
dan bebatuan pun menahanmu
seanggun permata
namun,
tepat semenjak engkau mengarungi lautan raya
menjulang tawa dengan kekasihmu
dalam perahu keemasan
kau telah meninggalkan bui asa padaku
dan gelap menerpa dinding langit
kekasihku,
kini sesosok rembulan mengintipku dalam anggun
menjadi siluet terang dibalik awan
taman pun laun kembali bersemi
dalam cahaya kemerahan senja
memadu mesra
bagaimana bila kujadikan saja demaga bagiku
dahulu tempatmu bersandar
menjadi warna
bukan hitam dan putih belaka
jawablah kekasihku,
jangan serakah
demi kekasihmu yang kau cinta
jangan mendua
Ngawi, 29 mei 2012
Tidak ada komentar :
Posting Komentar