Siang panjang itu berakhir dengan bulan kuning
Yang perlahan bangkit diantara pepohonan
Sementara di udara menyerbak dan berkembang:
Bau air bertiduan di langit-langit meleret
Insyafkah kita, bila tertawa di bawah surya Memanggang
Kita siksa tanah merah dan jerami yang memberkah
Tahukah kita, bila kaki menginjak pasir gersang
Ia tinggalkan bekas langkah bagai langkahnya darah
Tahukah kita, bila kasih menyulangkan nyalanya
Di hati kita yang resah dengan siksa putus asa
Tahukah kita, bila padam api yang membakar
Bahwa nanti baranya mesra berasa lidah
Tahukah kita, bila haus kan menelanjang
Pada seka-seka hujan yang ambyar berakhir basah
Dan bahwa hari getir dekat silamnya, di serbak rangsang
Bau air yang kecut termenung diantara pimping basah
Nanti perlahan bulan kuning berakhir dalam kering
Diantara pepohonan meningkat jadi purnama
Dalam aroma bunga dan abjad-abjad tua
Menghunus sepimu
Ngawi, 13 Maret 2013
Yang perlahan bangkit diantara pepohonan
Sementara di udara menyerbak dan berkembang:
Bau air bertiduan di langit-langit meleret
Insyafkah kita, bila tertawa di bawah surya Memanggang
Kita siksa tanah merah dan jerami yang memberkah
Tahukah kita, bila kaki menginjak pasir gersang
Ia tinggalkan bekas langkah bagai langkahnya darah
Tahukah kita, bila kasih menyulangkan nyalanya
Di hati kita yang resah dengan siksa putus asa
Tahukah kita, bila padam api yang membakar
Bahwa nanti baranya mesra berasa lidah
Tahukah kita, bila haus kan menelanjang
Pada seka-seka hujan yang ambyar berakhir basah
Dan bahwa hari getir dekat silamnya, di serbak rangsang
Bau air yang kecut termenung diantara pimping basah
Nanti perlahan bulan kuning berakhir dalam kering
Diantara pepohonan meningkat jadi purnama
Dalam aroma bunga dan abjad-abjad tua
Menghunus sepimu
Ngawi, 13 Maret 2013
Tidak ada komentar :
Posting Komentar