masih kudengar caramu menyapaku di ujung dedaunan
dalam warna kemuning kehijauan
masih kuhirup wangi nafasmu mengabar segala desah
sejukkan tiap lipat rasa
masih pula ku maknai perjumpaan kita kala itu
yang tiada sempat bercerita tentang madu
bila benar purnama nanti kau kan kunjung pulang
kuharap kau kan tiada lupa berpesan pada malam
bahwasanya perjumpaan kita telah tertulis tiada sengaja
dan tiada jarak lagi yang mampu membuikan
asalkan kau masih sehebat pertama mengenalku
seranum dahulu
menjadi melati tiada retak kelopak
menjadi rembulan cahaya kesematan
dan bila suatu hari perjumpaan kita kan terbengkalai kembali
yakinlah bahwa itu sudah ketiadaan jiwa kita pada raga
yang telah mampu membuatnya
bukan lain
, 04 april 2012
Tidak ada komentar :
Posting Komentar