Mentari,
Bungkuslah diriku
Meski hanya dalam bayang-bayang
Saat engkau di telan kehangatan awan
di cumbu embun kesucian
Mentari,
Janganlah engkau menarikan canda lagi
Dalam sekuntum benih kegalauanBungkus saja diriku
Sehangat dekaban dada
Setegar bumi menyapa
antara lautan dan dermaga
menyimpuh raga
Bila nanti suatu hari kutemukan waktu yang berbeda
kan kujadikan engkau cahaya kegelapan
di dermaga kerinduanku
hingga usai peradaban
tiada benah diri
namun bila memang waktu teramat cemburu pada kita berjumpa
usahlah gelisah menggebu
pula menderu-deru
simpan saja diriku dalam abu bayang
karena kutahu
segalanya tak seperti yang kita mau
Ngawi, 25 Juni 2012
Anggur Malam,
Betapa nikmat kian telanjang
Melucuti malam
Menebar pesona keranuman
Semanis madu
Terseduh dalam setangkup cloki
Membelai sepi
Mainkan ujung belati
Dengan segala bunyi
Kehangatan kian meremang
Terjangan bibir jalang menjulang
Mencicipi
Lantas diteguknya berkali-kali
yang selama ini habis terbengkalai
dalam bayang-bayang kesunyian
Ranjang kenangan
Di bekabnya sekelambu mimpi
Esok hari kan dapati kembali
dalam cloki membabi
Hingga tumbuh lagi biji-biji
Tuangan birahi
Berapi-api
Ngawi, 26 Juni 2012
Dalam kerinduan
kujaga kehangatan
kian mendalam
biarpun pagi menjadi buta
akan ketiadaan setitik cahaya
menyibak linang air mata
Dalam kerinduan
kuberharap jumpa
tiada buah tanya
seperti malam membuta
legam menimba bara
lebur dalam dada
Dalam kerinduan
biarlah kan kudapati setangkup kertas abu-abu
torehan keluh beribu
akan pahitnya empedu
dan madu diselaput semu
meniduri bayangmu
ya, Dalam kerinduan
tinggallah diriku saja
mengeja namamu
seindah waktu meraba
tiada layu
ditelan samudra biru
dan biarlah kerinduan ini kian tak menentu
selama aku mengadu
dalam kelambu bisu
Ngawi, 25 Juni 2012