Wahai kuntum bunga,
Nampak surya tiada merona
Menjadi sepi-sepinya elegi
Andai engkau tak menarik warna cahaya pada bibir mataku saat membuka daun jendela
Diriku tak tahu lagi kemana mendapati bening embun yang mengecup pagi
Kuntum bunga,
Sepi yang membungkus malamku telah tiada berdaya lagi
Menjadi selaksar kelambu yang melilitku dengan kuat
Dengan tibanya engkau di ujung fajar hari
Sepertinya kali ini lapak kalbuku terbata-bata membaca asmara
Ada yang berbeda dari gerak-gerak yang merayap
Tak seperti kemarin,
Saat hujan tiada reda membungkusku dalam kejam rajam
Kuntum bunga,
Andai engkau rela menjadi leret warna jingga merona layaknya siluet senja
Izinkanlah diriku menjadi tangkai serta duri-durimu
Dan setitik warna pada kuntum bidadarimu
Biar tak hanya abu-abu yang mengadu legam roda waktu
Dan Juga lembut jejakmu,
Tak hanya sekedar menjadi bayang-bayang yang bersemayam di keningku
Ngawi, 21 Februari 2013
Nampak surya tiada merona
Menjadi sepi-sepinya elegi
Andai engkau tak menarik warna cahaya pada bibir mataku saat membuka daun jendela
Diriku tak tahu lagi kemana mendapati bening embun yang mengecup pagi
Kuntum bunga,
Sepi yang membungkus malamku telah tiada berdaya lagi
Menjadi selaksar kelambu yang melilitku dengan kuat
Dengan tibanya engkau di ujung fajar hari
Sepertinya kali ini lapak kalbuku terbata-bata membaca asmara
Ada yang berbeda dari gerak-gerak yang merayap
Tak seperti kemarin,
Saat hujan tiada reda membungkusku dalam kejam rajam
Kuntum bunga,
Andai engkau rela menjadi leret warna jingga merona layaknya siluet senja
Izinkanlah diriku menjadi tangkai serta duri-durimu
Dan setitik warna pada kuntum bidadarimu
Biar tak hanya abu-abu yang mengadu legam roda waktu
Dan Juga lembut jejakmu,
Tak hanya sekedar menjadi bayang-bayang yang bersemayam di keningku
Ngawi, 21 Februari 2013
Tidak ada komentar :
Posting Komentar