Memandang bisu langit,
Lembut kabut tak surut medekab kelu raga
Wajah itu nampak memberi tatapan rindu
Menjadai bidadari hendak menanggalkan tangga pelangi
Pada baris-baris warna yang diam-diam mencuri jejak
Seperti cahaya surya terbaring di dinding pantai tua
Kehilangan panji-panji purba
Langit bisu pun kerap mengadu
Pada awan yang melabuh di dermaga
Bersimpuh dari beku malam
Saat keriput layar letih terkembang
Menjadi sulam benang-benang rapuh
Pula rum-rum yang basi terseduh
"Di tepian sebuah pantai putih,
Pernah sepasang lidah menarik seikat aksara
Menjadi sepasang angsa memainkan belai angin
Kukuh setia menapati lebat badai dengan dayung dan sampan
Dan membawa setiap patah mata tak kuasa melarikkan secarik pesona
Akan bening mutiara"
Bertanya pada hujan yang ketakutan
Tak ada yang mampu dilakukan
Selain mangayuh kembali perahu karam
Menjadi nahkoda tak lesu menakluk samudera
Dengan sauh baru,
Dan busur peta yang baru pula
Ngawi, 20 Februari 2013
Lembut kabut tak surut medekab kelu raga
Wajah itu nampak memberi tatapan rindu
Menjadai bidadari hendak menanggalkan tangga pelangi
Pada baris-baris warna yang diam-diam mencuri jejak
Seperti cahaya surya terbaring di dinding pantai tua
Kehilangan panji-panji purba
Langit bisu pun kerap mengadu
Pada awan yang melabuh di dermaga
Bersimpuh dari beku malam
Saat keriput layar letih terkembang
Menjadi sulam benang-benang rapuh
Pula rum-rum yang basi terseduh
"Di tepian sebuah pantai putih,
Pernah sepasang lidah menarik seikat aksara
Menjadi sepasang angsa memainkan belai angin
Kukuh setia menapati lebat badai dengan dayung dan sampan
Dan membawa setiap patah mata tak kuasa melarikkan secarik pesona
Akan bening mutiara"
Bertanya pada hujan yang ketakutan
Tak ada yang mampu dilakukan
Selain mangayuh kembali perahu karam
Menjadi nahkoda tak lesu menakluk samudera
Dengan sauh baru,
Dan busur peta yang baru pula
Ngawi, 20 Februari 2013
Tidak ada komentar :
Posting Komentar