terpaku diantara bayang lama
yang membuatnya berkaca mata
mengukir setiap sendi-sendi perjumpaan malam
memang sudah tak terlalu muda lagi membenamkan seribu canda
mengharuskannya memetik dawai lapak pengkabaran
di pelataran kota yang membuatnya berhenti sejenak saja
menanak nasi juga tai
di ujung keningnya sudak mulai terlihat kerutan-kerutan
entah berapa abad ia memendam rindu
mengukir warna tiap mentari senja
tiap batang lidi siratan makna
kakinya pula sudah mulai mengecil
melingkar dibawah telapak sendu
mungkin saja ia telah teramat renta
merasakan kembali cintanya temaram di balik surya
yang sebentar lagi sudah terpanggil pulang
dalam pangkuan malam
namun,
entah...
biarlah jejak langkah itu hanyut saja termakan udara dan mata
dan
renta yang membenamkan pijar senjanya
Ngawi, 21 November 2011
Tidak ada komentar :
Posting Komentar