Sesekali saja nampak tawa itu, sesekali pula awan mengusung kelabu
suram-suram hutan memberi hangat dekapan malam di tengah kebutaan
danau-danau sumbing merubah kering menjadi basah embun
lantas alirnya mengikuti tepi terjal hingga teresap di bebatuan
dan rembulan yang kesakitan
dengan diam-diam membaca wajah di ruas jendela
berharap lekas jumpa senandung lembah jingga
ada resah yang terkapar, ada pula gairah yang terlontar
saat burung-burung lapar terbang menukik lantas membidikkan paruhnya
seperti lebah yang rakus menyengat sekar
meski sayapnya merentang pun telah kelelahan
dan bulu-bulunya yang dahulu masih lebat sekarang tinggal beberapa helai
sebab helai-helai lainnya tanggal di musim-musim yang gangsal
tetap burung-burung itu merasa kekar laksana pilar
bukan pelarungan langit dalam jam-jam setia
seperti roda sepeda yang oleng sebelum lama terputar
lantas rontok dalam beberapa kayuh tercipta
bukan pula suara-suara miskram terdengar cetar layaknya serigala lapar
segalanya lekas tuntas setuntas-tuntasnya
laksana embun dilembar dedauan
perlahan mengkesat tinggal jejak menjadi bayang keabadian
"lembah jingga,
mengapa kau kutuk diriku menjadi meliwis berbulu merah,
sedang diriku sejumput gelisah resah"
30/03/13
suram-suram hutan memberi hangat dekapan malam di tengah kebutaan
danau-danau sumbing merubah kering menjadi basah embun
lantas alirnya mengikuti tepi terjal hingga teresap di bebatuan
dan rembulan yang kesakitan
dengan diam-diam membaca wajah di ruas jendela
berharap lekas jumpa senandung lembah jingga
ada resah yang terkapar, ada pula gairah yang terlontar
saat burung-burung lapar terbang menukik lantas membidikkan paruhnya
seperti lebah yang rakus menyengat sekar
meski sayapnya merentang pun telah kelelahan
dan bulu-bulunya yang dahulu masih lebat sekarang tinggal beberapa helai
sebab helai-helai lainnya tanggal di musim-musim yang gangsal
tetap burung-burung itu merasa kekar laksana pilar
bukan pelarungan langit dalam jam-jam setia
seperti roda sepeda yang oleng sebelum lama terputar
lantas rontok dalam beberapa kayuh tercipta
bukan pula suara-suara miskram terdengar cetar layaknya serigala lapar
segalanya lekas tuntas setuntas-tuntasnya
laksana embun dilembar dedauan
perlahan mengkesat tinggal jejak menjadi bayang keabadian
"lembah jingga,
mengapa kau kutuk diriku menjadi meliwis berbulu merah,
sedang diriku sejumput gelisah resah"
30/03/13
Tidak ada komentar :
Posting Komentar