Tak ada yang meminta hujan di Palestina
Sedang di langit, matahari tak bosan-bosannya menjerit
Menjadi peluit, dan kaki-kaki lekas berdecit
Lantas redam dalam hitungan detik
Semalam,
Tak ada yang mengundang badai di kota seribu duka
Sangit mesiu menjadi aroma gempita senja
Segalanya terlahir dari musim-musim berburu
Dari rahim-rahim ajal
Semalam,
Di tanah merah itu jam-jam menjadi beku
Detik-detik bermimpi pun kandas bersama mulut meriam
Dan rentetan peluru yang masih hangat menjadi bola mainan
Pada bayi-bayi yang belajar mengokang senapan
Saat bunyi-bunyi pecah menampar pelukan
Dan cahaya mata yang merah menyala-nyala
Menjadi sadjak-sadjak yang tanggal pada angka-angka yang tetap tinggal
Semalam,
Ada yang tertatih-tatih membaca kabar media
Bahwa di Gaza malam berpesta aroma bunga
"Bapa, aku ingin menulis puisi cinta,
seperti palestina tak lelah air mata"
Ngawi, 28/03/13
Tidak ada komentar :
Posting Komentar