lihatlah ini malam
kupu-kupu terbang warnanya merah
semerah bibir-bibir bunga yang gugur di muara
harum tereja oleh belukar senja
lantas terbawa alir menuju samudra
terbelah oleh angin, membekab dingin
mungkin sedang lapar dari kerinduan
akan haus pelukan kekasih tersayang
saat musim sejenak beku
sulur-sulur pohon rantingnya kelu
diterjang badai yang meledak-ledak
berharap gemuruhnya meluap di jakunmu
menjadi malam angka-angka tinggal
dari lembar sayap melempar mata dajjal
sebab, taburnya laksana bebintang di dinding langit
mengkerlip di antara reruntuhan awan
lantas mengelupas menjadi bulir-bulir hujan
dan jatuh di taman mandalawai
siapalah yang tidak menyemai
"akankah rembulan cahayanya terpinjam ini malam?
ah, betapa kekarnya rimba"
malam kembali hampir pagi
sementara kupu-kupu itu hangus di serambi
mengejar bayang mengubur sunyi
pada bulan-bulan kenangan
duh sayang,
kupu-kupu menjadi arang
"sebelum tasbih berakhir, mari kita rampungkan percakapaan ini...!"
disanalah waktu menjadi kejam
menyambut sungsang, meretas cahaya malam
Grobokan, 21 April 2013