Seraut muka yang kau titipkan padaku
bingkai tapak yang kau tapaki
aku cukup mengerti semua canda itu
yang mungkin ku anggap sinting saja
namun dalam dekapan matamu
aku terlanjur mengerti semua
luka lukisan yang kerap kau pajang di dinding rumahmu
kau yang tlah lama setia menanti hujan kala kemarau
entah kapan tibanya
dalam sirat melodi rindumu
meski kau bicarakan malam petang
aku sudah cukup tau malammu hanya untuknya
yang kau sebut bukan cemburu
atau kau hanya inginkan setangkai makna dalam keranjang tua
Lekas raih langit
bungkus saja rembulan
biar terang malam ini hanya untukmu saja
tak usah kau usingkan mereka
biarkan mereka merasa kegelapan dibumi ini
mereka hanya menikmati nadinya sendiri
bukan nadimu
atau pula waktu
biarlah psikopat mengombar mulut busuknya
ini hanyalah sekedar isak tangis saja
meniti tai-tai yang baunya sudah tiada
hinggap diberanda rumah tua
Ngawi, 9 oktober 2011
Tidak ada komentar :
Posting Komentar