Tirai merah itu menitipkan salam untukku
bersama samar pandangnya
membalik hiruk pikuk pengab udara
pada lapak-lapak bianglala
kilau cahaya semakin menghangat,
melingkar
bersama waktu yang kian sunyi
di tepian muara hati
namun kesunyian itu seketika sirna
terlekang canda dan senyawa yang tercipta
pada bibir-bibir malam membelai makna
hidung teriak hidung biar kata saja
semua hanya jalan bagi pehampa
tak sebegitu adanya bermula
pada lelah tanya
mungkin saja disitu dulu ibu menimangku
sembari ayahku membeli susu
atau mungkin kelak adik-adikku jatuh hati
biarlah semua itu adanya terjadi
dunia serasa kecil tanpanya mengabdi
mereka juga masih tetap ingin bermimpi
tak harus kau tuli
atau pura-pura menghakimi
kita ini munafik
Ngawi, 7 oktober 2011
Tidak ada komentar :
Posting Komentar