Berjalan dia di tepian kandang singa
Yang sebenarnya belum saatnya tiba
Setidaknya masih bisa memanggil Emak
Meski bukan pada rahim yang telah mengandungnya
Berjalan dia menembus cakrawala
Taklukkan pengab mendera dalam sebuah kota
Menari-nari dengan ribuan syair
Mungkin saja syair yang pernah aku dan engkau dengar
Kaki-kakinya kaki hujan
Matanya sayu
Rebah tangannya sejukkan muara
Pantaskah Curut tak memakan lembar kata
Dan lembar kata yang tak mampu dia makan
Tidak seperti kita
Membuang kata setiap kali usai masanya
Bagaimana negeri ini berjalan sewajarnya
Bila Curut saja sulit didapat
Apalagi memakan lembar kata
Ya, inilah negeri yang pernah dikatakan,
Dahan dan ranting menjadi tanaman
Semua hanya celoteh usang belaka
Yang ada
Butiran keringat jadi tanaman
Buat Curut merindukan malam
Sekejap saja dalam lelap
Apakah si singa akan tahu pada kandangnya
Melihat Curut mengintipnya saja tak bisa
Karena singa berkaca mata pada cacing di perutnya
Cuma Untuk Perut makna setiap kata
Ngawi, 19 September 2011
Tidak ada komentar :
Posting Komentar