Nafasmulah yang telah membujukku
Membelah pusaran waktu
Dari dinding mata
Setiap kali hujan reda
Di sudut lentera
Tak berapa lama semua berada
Ku harus rela menelan indahnya muara
Mengubur bulir-bulir pasir yang pernah kita susun
Ke dalam lautan bahara
Bersama binar candamu membunuhku
Wahai, Tuanku disana
Ku rakit sebingkai Doa
Izinkanlah dia di sana menari di taman permataMu
dan setiap belaian jemariMu
Jangan jahanam
Untukku saja pendosa berada
Ngawi, 20 oktober 2011
Oleh HelinSupentoel pada 20 Oktober 2011 jam 5:34
Tidak ada komentar :
Posting Komentar