ada yang menari-nari diantara barisan gigimu
menjadi jam-jam bermain yang panjang
berjalan dilembah mandalawangi
langitpun penuh cahaya
dengan sayap surga
keesokan hari,
saat jam-jam mengudara
aku mulai membaca cahaya matamu
ada barisan warna yang berontak
hendak keluar, tapi tak berdaya
seperti napi dalam lapas
berharap bebas tapi hukuman baru setengah hari
merindu kekasihnya sendiri
seperti pula laut menahan gelombang
menyimpannya pada ceruk-ceruk karang
lalu gerimis pecah di bibir matamu
terjatuh dengan runcingnya menembus ruang
menjadi hujan pertama di musim kemarau mengecup tanah
lumer memeluk ranting
saat bayangku mulai redam ditelan angin
kembali kekeasingan malam
dan di kelu bibirmu
tak ada lagi yang dapat terbaca
selain kalender yang angkanya tetap tanggal
termakan hari-hari mempurba
sebab bukan perpisahan menusuk sukma
namun jejaklah yang lamat terbaca
Ngawi, 11 November 2012
Tidak ada komentar :
Posting Komentar