Facebook Google Plus RSS Feed Email
"Aku Hanyalah Debu Berselimut Nafsu!"
Blog ini adalah serangkaian kumpulan sadjak dan berbagai tulisan sastra, karya Helyn Avinanto (Helin Supentoel)

Minggu, 11 Desember 2011

Putih

 
oleh Helin Supentoel pada 11 Desember 2011 pukul 6:03
Putih,
engkau telah membenamkan rinai kenari pagi
yang memberi pesan kepadaku dalam rentetan sapa
saat ku termangu benarkan letak kemeja
di balik tirai jendela

cahya mentari tak seindah cahyamu
kau mempesona
bidadari terhias mutiara
saat musim semi hampir saja tiba

Putih,
lentik tubuhmu memberi sebilah kaca
menimang bulatan-bulatan mata
hembus udara pun enggan beranjak pergi
serasa mati raga
kala harum parfummu membelah muara
apalagi ranum parasmu
susunan teramat sempurna

alamak...
haruskah aku tergoda di balik kerudungmu
mungkinkah selezat bibirmu
seindah baris gigimu
ah
aku cukup tau diri
aku aki dan kau bayi

engkau memang gadis teristimewa bergaun kenanga
semoga saja esok pagi engkau kan kembali
mengerlingkan senyummu di antara embun pagi
kala ku buka tirai jendela ini
meski aku masih berbau terasi



Ngawi, 11 Desember 2011
Read More..

Galau Di Beranda Rumah Tua


oleh Helin Supentoel pada 11 Desember 2011 pukul 3:37

sebentar ku lihat galau memanjang di beranda rumah tua
tertegun pada cahaya malam yang semakin sepi
di depannya secangkir kopi sudah terlahap barisan semut dan dingin
sebungkus kretek tinggal separo pun memandang bisu
bukan ia menyesali kambingnya tak makan tadi siang
atau anak itik hilang dari kandang

tetes-tetes hujan menari di ujung dedaunan
mencoba kerlingkan senyum pada seraut muka yang lusuh
muka yang ku jumpai akhir musim semi tahun lalu
selepas kotaku menahan rindu
di baris jalan jeruti sepeda abu-abu

enggan bibirku bertanya seutas sapa
serasa tersulam benang tanpa tutus simpul kuncian
akan temaram yang membuatnya berbeda
dalam desah perjumpaan kata
mengawali nada

ingin ku melihat sebilah senyum yang dulu pernah menertawakanku
juga celoteh riang sirnakan lelahku
sembari sesekali menepuk bahu
saat remang berdua mengupas sendi-sendi di baris tangga
pula membisikkan sapa pada mawar simpang lima



mungkin ia sedang memunguti bulir-bulir cinta di antara samudra
atau pula mengejar tai-tai pada kakus belakang
aku tak cukup maknai semuanya
yang ku tau hanyalah ia meresapi pengasingan malam
selepas Jogja hujan air mata

satu pesan coba ku lesatkan

"jangan engkau memendam semuanya
 lepaskan saja pada angin dan udara yang menciummu
 pula kepadaku
 bukankah langit sudah kembali tenang
 biarlah pigora saja hiasan meja tamu rumahmu"




Ngawi, 11 Desember 2011
(kedukaan selepas merapi)
Read More..