Facebook Google Plus RSS Feed Email
"Aku Hanyalah Debu Berselimut Nafsu!"
Blog ini adalah serangkaian kumpulan sadjak dan berbagai tulisan sastra, karya Helyn Avinanto (Helin Supentoel)

Rabu, 28 Desember 2011

Panggung Sandiwara

 
oleh Helin Supentoel pada 27 Desember 2011 pukul 23:49

Aku tulis sadjakku dalam derai air mata
Di bawah beranda putih dan kamboja

Bersamanya ribuan gunung tertunduk dalam haru
Daun-daun seketika berhenti bergoyang
Dan udara terdiam dalam bisu
Begitu pula mentari siang itu
Seakan menitikkan air mata
Berjatuhan membasahi pipinya yang hampir keriput
Saat ia tertidur dalam keranda


Masih ku ingat jelas kala kau menggebu
Mencuri pandangku di sebilah senyummu
pula manjamu warnai segala makna




masih jelas pula ku rasakan beberapa aktingmu jalankan sandiwara
kau tampak benar mendalami peran cerita
dan ku bumbui dengan gerakan-gerakan kiasanku
ketika aku menukik
engkau membelit
bagai percintaan bambang cakil melebur dalam satu cerita


dengan siapa lagi kan ku mainkan serial operet ini
bila kau telah pensiun dini hari
mengukir nama pada batu dan wangi bunga
dalam tarian-tarian bianglala



bagaimana aku kan mampu menjawab indahnya cinta

bila engkau sudah tak mampu lagi berbicara sepatah kata
hanya senyum bibir pucatmu yang mampu ku sapa
tak lain


maafkan aku tak sempat memberimu sebuah canda
di saat detik-detik kau merasakan keburaman
tapi percayalah
aku tak kan henti memberi canda cerita baru untukmu
biar kau tak lagi kesepian
dan biarlah kan ku simpan sementara dahulu canda-canda untukmu

jangan pernah kau takut
akulah yang sebenarnya teramat iri padamu
engkau telah merdeka
sedangkan aku masih menimbun dosa di sini
kelak, bila kita kan berjumpa lagi
mari kita mengenang kembali masa indahnya waktu bersama
dan memainkan ribuan nada yang pernah kita rangkai


tunggulah saja aku
aku kan menjemputmu di taman itu

tak usah kau meragukan akan kita yang pernah berdua
semua tak kan lenyap seketika angin merebutmu dariku
kelak
aku kan merebutmu kembali
dan tak kan pernah ada yang mampu membungkusmu lagi
biarlah saat ini cukup aku saja yang tahu merasa
kepergianmu memberi duka terpanjang di lipat dadaku
dan
semuanya
 dalam ribuan mata yang pernah mengenalmu berpijar layaknya lembayung senja



Ngawi 27 Desember 2011
(puisi buat Fitria yang telah kembali ke surga)
Read More..