Facebook Google Plus RSS Feed Email
"Aku Hanyalah Debu Berselimut Nafsu!"
Blog ini adalah serangkaian kumpulan sadjak dan berbagai tulisan sastra, karya Helyn Avinanto (Helin Supentoel)

Sabtu, 31 Desember 2011

Catur

 
Coba renungkan saja permainan catur ini
bagaimana pion-pion mampu berjalan lurus sebagaimana mestinya
bila baru sejengkal langkah saja peluncur lawan menghadang
berkawan kudanya yang menggila
siap menerjang bila serasa mengancam tuan raja
menjadi benteng ataupun cecunguk setia

sementara si krocok-krocok meributkan ekornya lari kemana
saling sontok-menyontok di depan mata
hingga membuahkan darah kematian
sang tuan raja masih tetap saja memangku ketenangan
bersama ster berpesta anggur pada bidak singgasana
meski sudah melembung

pion-pion tak pernah tau
mau di bawa kemana arah bidak permainan ini
bila baru melangkahkan kakinya saja sudah terhentikan sengaja
mau bicara lekas di sumpal mulutnya oleh tegap bentengnya
dan bila serasa tuan raja terancam
dengan menggeserkan pantatnya saja semua sudah kembali aman
Begitu pula krocok-krocok lawan
mereka tak pernah mahu tahu apa yang di jalankannya
asal kantongnya tak melongo
dasinya masih berada di dada
dan duduk tetap di kursi sofa

seandainya saja sang tuan raja dan ster juga krocok-krocok
mahu mengerti duka pion-pion nya menjadi ujung tombak bidak ini
dan siap menjadi paling depan memerangi pergulatan yang terjadi
pastilah kemenangan indah akan tersuguhkan
dan kemakmuran bukanlah mimpi saja

namun tak tersangka ini hanyalah permainan belaka
juga hanya pemikiran saja
pantas bila bidak catur ini berwarna hitam dan putih
tak mampu berubah menjadi  hijau dan keemasan

sebenarnya siapa yang salah menyematkan langkah
dan memberi warna pada bidak catur ini
apakah pemain yang memainkan
atau pengisi bidak catur

tapi yang terketahui selama ini
pion-pion hanya menjadi ujung tombak permainan saja
dan termakan janji-janji belaka
bukan kepastian
meski orang bilang bidak ini loh jinawi

rasakanlah saja pergulatan tadi
ini belum lah selesai
baru setengah permainan saja
mari kita susun kembali kerangka yang baru
yang lebih jitu
biar bidak catur tak semakin hancur
dan warnanya kan berubah sebagaimana mestinya
entah siapa nanti yang menjadi juaranya


Ngawi, 31 Desember 2011
(kado renungan akhir tahun)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar