Facebook Google Plus RSS Feed Email
"Aku Hanyalah Debu Berselimut Nafsu!"
Blog ini adalah serangkaian kumpulan sadjak dan berbagai tulisan sastra, karya Helyn Avinanto (Helin Supentoel)

Jumat, 05 April 2013

Dik Sri 24




Dik Sri, aku pulang
tolong ambilkan air di kendi, rasanya hausku tak tahan lagi
seharian matahari terasa membakar tiada punya iba, Dik
meski telah kupakai kaos tebal, jaket berjumbal-jumbal, sepatu, dan caping,
tetap, rasanya seperti telanjang
setelanjang jalan-jalan kota ini, kering tiada pohon memancang lagi
semuanya habis di telan yang katanya pelebaran jalan, bangunan, kabel listrik, bahkan katanya sering tumbang itu!
seperti yang kubaca dari koran bekas tahun lalu, yang sudah jadi sampah pembungkus nasi

Dik Sri,
meski sampah di gerobak baru memuat setengah, tak sebanyak kemarin pun lusa, aku tadi segera pulang lekas-lekas
sebelum surya remang menghilang dari mata, dan mengaburkan tatapan
sebab ini malam minggu, malam yang kita tunggu-tunggu, Dik
seperti janji kemarin, mengajakmu jalan-jalan kepasar malam kampung sebelah yang terdengar sangat ramai
ada komedi putar, tong gila, kereta, mainan air, dan masih banyak lagi
ada pula arum manis, tahu petis, martabak, terang bulan, pun segala cemilan

pokoknya semuanya ada

Dik,
aku ingin mengenang lagi pertemuan kita pertama dahulu
saat naik kuda-kudaan kulihat dirimu tersenyum di pagar
berkali-kali putaran senyuman itu tiada berujung padam
laun kusapa dirimu sesudahnya di penjual kacang rebus tak jauh dari tempat itu
tahukah kau, Dik
saat itu hatiku sangat berdebar sekali, meledak-ledak rasanya, seperti akan copot
tapi aku tetap beranikan diri menyapa
sebab senyumanmu itu, Dik
membuatku penasaran dan runyam gelisah

O... iya Dik,
tadi sewaktu pulang, di tikungan tak jauh dari gubuk kita, kulihat ada penjual parfum
kucium, harumnya semerbak sekali menyulut hati, seperti melati diterpa udara pegunungan yang sejuk
lantas, kuraba di saku celana ada uang lima ribu perak
uang yang kamu kasih tadi pagi untuk membeli air minum bila habis
tapi tak kubelikan
sebab, meski hari ini panas sekali, aku tiada peduli
semuanya untuk kamu,
seperti janji menyuntingmu dari orang tuamu yang membakarku dengan berjuta hambatan, Dik

tahu kan, Dik

bahwa cinta kita ini leburan dari gula dan serbuk kopi menjadi secangkir kopi hangat?

di tambah lagi saat kau menyeduhnya dengan leret senyuman manis dan hangat

ah, aku semakin dalam-dalam sekali mencintaimu


Dik Sri,
nanti saat kita kepasar malam, kamu pakai pakaian yang sama saat pertama kita berjumpa dahulu itu ya, Dik
begitu pula dengan diriku
masih kamu simpan rapi di almari kan pakaian itu, Dik?
jangan lupa pakai pula parfum ini
maaf ya Dik, bila sudah lama tak kubelikan parfum, dan sudah lama pula tak kuhirup harum ditubuhmu
bukan tak sayang padamu, namun mengertilah,
bahwa kesetiaan ialah keharuman itu abadi


lagi, Dik
jangan lupa juga bawa air minum,
jika nanti kita kehausan bertawa-tawa ria lagi

mengenang indahn cinta sanubari


Ngawi, 03 April 2013

Tidak ada komentar :

Posting Komentar